Kamis, 27 Februari 2014

Serba Serbi Hubungan #5


Cinta yang normal bagi sebagian orang itu adalah cinta yang sama. Pernah pacaran beda agama? 

Sebagian orang pernah pacaran beda agama, pacaran yang beda agama ini mempengaruhi perilaku pasangan, karena perbedaan sudut pandang. Pacaran beda agama itu ibarat seseorang yang punya jiwa pop yang kuat dipaksa paksa headbang di band metal, atau ibarat memakai sandal yang kesempitan, udah tau kesempitan malah dipaksain dipake. Awalnya bisa, lama lama akan kerasa kalau itu nggak pas.


Pacaran beda agama itu sebenarnya nggak terlalu salah, karena cinta kan nggak bisa memilih tempatnya untuk tumbuh. Tapi cinta itu bisa dimatikan.


Kenyataan pahit sering kali gue terima dari temen temen gue yang pacaran beda agama, dan percayalah gue juga mengalami hal yang sama. Mereka dan gue tau kalau pacaran yang dilakukan mereka itu percuma, yang ujung ujungnya itu harus ada yang mengalah untuk "pindah" atau "putus". Selama apapun mereka melanjutkan hubungan mereka, pada titik tertentu mereka akan menyadari hal itu dan dipaksa untuk memilih.



Pacaran beda agama mungkin akan lebih rumit jalan yang dilaluinya daripada yang pacaran normal. Kebanyakan cewek lebih memilih untuk pacaran dengan cowok yang memiliki keyakinan sama, karena menurutnya, cowok yang jadi pacarnya kelak akan jadi kepala keluarganya. Pada kenyataannya nggak banyak yang pacaran dengan keyakinan sama akan berakhir indah seperti angan angan si cewek. Mereka juga bisa putus. So? apa bedanya dengan pacaran beda keyakinan kalau pada ujungnya putus putus juga.


Pernah gue ngalamin hal semacam ini, mungkin dari semua cerita yang gue tulis ini yang agak lebih serius. Karena gue agak sensitif dengan pacaran beda agama.


Gue selama ini pacaran dengan seorang yang punya keyakinan yang berbeda sama gue. Gue menyadari orang yang nggak satu keyakinan sama gue itu lebih nyambung dan lebih bikin nyaman daripada orang yang punya keyakinan sama kaya gue. Gue juga nggak tau kenapa bisa begitu. Sebut saja namanya Tina, si Tina ini adalah seorang yang baik hatinya, namun sayangnya kita beda keyakinan. Gue yakin dia mau sama gue, dia nggak yakin kalo dia mau sama gue ._. Dia sayang sama gue dan gue sayang sama ibunya. 


Banyak kesamaan antara gue sama dia. Sama sama nggak suka hal hal yang berlebihan, tapi kalo dia ketawa itu berlebihan -__-. Hal yang nggak sama dari kita itu "jenis kelamin" dan "keyakinan". Kami keliatan serasi mungkin, dia cantik dan gue engga. Begitulah kami saling melengkapi. Kami jalan jalan dengan senangnya waktu itu. Sungguh membahagiakan.


Pada titik tertentu gue mengalami penyadaran kalau gue sudah dewasa, atau mungkin gue dewasa terlalu cepat. Akhirnya hubungan kita kandas ditelan kenyataan bahwa kita "beda". Perpisahan yang dingin, tanpa tangisan. Mungkin dia udah sadar kalau perjalanan kita itu perjalanan tanpa arah yang sia sia, perjalanan buang waktu yang akan berakhir lebih menyakitkan apabila diteruskan, perjalanan yang penuh beban pemberat tanpa akhir, dan perjalanan lari dari kenyataan pahit yang seharusnya dapat diterima.


Dari situ gue belajar, dimana ada kebahagiaan maka harus ada harga yang dibayar. Gue bahagia sama dia, dan gue harus membayar harga yang sesuai dengan kebahagiaan itu yaitu berpisah. Tepatnya bulan lalu, gue sama dia ketemu. Entah kenapa rasa yang lalu itu kembali tapi dia udah berubah jadi lebih baik. Gue senang akan hal itu. Bodohnya gue itu kenapa malah jadi suka sama dia yang baru, mungkin memang perasaan nggak bisa ditipu. Tapi gue narik kesimpulan itu cuma perasaan cepat yang akan hilang.


Kadang gue berpikir apakah gue salah udah suka sama orang yang punya keyakinan berbeda sama gue?
Apa gue salah pernah punya kenangan kenangan manis sama dia?
Apa gue salah pernah punya hubungan sama dia?

Gue pernah baca quotes yang bunyinya begini, " yesi've made mistakeslife didn't come with instructions ". 

Dan sekarang gue bisa bilang kalau itu cuma kata kata pembelaan aja, Because life did come with instructions. Lo punya kitab suci? Gue yakin kita semua mempunyainya, karena kita semua beragama. Jadi semuanya yang berhubungan sama cinta juga diatur disana, gimana tentang hubungan beda agama juga ada disana. Akhirnya pada sebuah kesimpulan gue berpikir untuk menunggu yang terbaik daripada gue mencoba sesuatu hal yang mustahil. Kalau ada yang bilang nggak ada hal yang mustahil, coba aja lo suruh ngecat es batu. 

Pada kesimpulannya, mungkin pahit kalau menyadari pacaran beda agama itu lama lama berbahaya. Saran gue mendingan lo mencegah hal berbahaya itu, kalau yang sudah terlanjur lebih baik diselesaikan baik baik. Karena kenangan akan orang yang beda agama sama lo itu akan bertahan sampai akhir nanti, itu juga kalo lo nggak pikun haha. 

Saran gue pacaran itu harus hati hati, kalau dari awal komitmen emang cuma mencari kesenangan bersama sih nggak apa apa. Tapi kalau salah satu udah ngebayangin hal hal yang terlalu jauh dan lupa komitmen awal itu yang akan jadi masalah. Kalau memang udah satu keyakinan dan sama sama pengen punya masa depan yang bagus bersama, mulailah dengan komitmen yang kuat. Ada quotes yang pernah gue baca lagi.

" Karena bersama, tidak harus selalu sama ".

Buat lo yang pacaran beda agama, gue saranin lebih baik kalian jadi sahabat baik. Tanpa mengurangi rasa satu sama lain tapi ingat suatu saat kalian akan terpisah. Terpisah saat menjadi sahabat lebih baik daripada terpisah saat menjadi pacar. Percaya deh, itu kenyataan :D



Bayu 

0 komentar:

Posting Komentar