Senin, 17 November 2014

Tulisan "agak" Serius


Pantai dibagian selatan Indonesia masih memiliki pesona yang cukup untuk menarik perhatian banyak orang untuk mengunjunginya. Sama halnya dengan saya yang masih tertarik untuk mengunjungi pantai pantai di wilayah selatan Indonesia.

       



     Praktikum lapangan menjadi hal yang biasa bagi setiap mahasiswa sains, apalagi seorang mahasiswa perikanan dan kelautan. Pantai bukan lagi tempat yang asing lagi, mungkin sebagian dari kita sudah bosan ke pantai, namun masih ada beberapa tugas bagi kita yang harus diselesaikan saat ini atau nanti.

            Ketika acara praktikum lapangan dimulai terlihat mahasiswa tengah sibuk dalam memperoleh sampel ataupun melakukan analisis kondisi pantai tempat mereka melakukan praktikum. Sekilas hal itu mencerminkan bahwa mahasiswa  memiliki intelektual tinggi dan cerdas. Tapi siapa sangka kita sebagai mahasiswa hanya “Bergaya” saja pada setiap kesempatan untuk kepentingan kita sendiri.

            Perkataan seorang nelayan pada siang itu mengagetkan salah satu kawan saya. “Dek, mahasiswa sekarang itu ngapain aja ya? Kok kondisi nelayan di daerah sini tidak berubah ya”. Perkataan polos dari seorang nelayan ini menghentak diri teman saya, begitupula saya yang mendengar dari teman saya tersebut. Kawan saya dan saya tidak dapat berkata apa apa selain menggeleng tidak tahu. Kata kata  bapak nelayan itu sangat terdengar sakit tetapi memang itulah kenyataannya. Kenyataan memang sakit dan pahit, tetapi karena perkataan bapak itu saya jadi menyadari banyak hal yang memang benar adanya. Kebenaran bahwa mahasiswa sekarang hanya mencari keuntungan diri sendiri ketika kuliah ataupun lulus dari universitas.

            Kuliah di tempat yang baik

            Memiliki Indeks Prestasi yang memuaskan

            Memiliki kolega kolega bisnis untuk memperoleh penghasilan

            Memiliki pasangan hidup yang baik

            Memiliki anak dan menjalin keluarga yang sejahtera

            Menunggu anak anak tumbuh dan menggendong cucu

            Mati………..


            Semua yang menjadi pola pikir mahasiswa sekarang adalah dapat berguna bagi keluarganya kelak atau keluarganya sekarang. Selalu menempatkan diri sendiri  menjadi pusat dari segala hal yang dilakukan. Demi kepentingan diri sendiri. Lalu masyarakat kecil yang kurang sejahtera, hidup dengan sangat sederhana, malahan kadang ada yang tidak makan dalam seharian. Mereka berpuasa bukan karena mereka sedang menjalani ibadah, namun mereka tidak memiliki cukup uang untuk makan setiap hari, sehingga boleh jadi mereka hanya makan beberapa hari sekali atau dua kali.

            Mungkin orang tua kita bangga memiliki anak anak yang kuliah di perguruan tinggi. Mungkin orang tua kita bangga pada kita yang memperoleh IP tinggi. Mungkin mereka bangga pada kita yang selalu dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Mungkin mereka bangga pada Program KKN yang selama ini dipandang sebagai pengabdian masyarakat. Tapi apakah itu yang sebenarnya diharapkan masyarakat luas tentang kamu.

            Mahasiswa sekarang memilih KKN di tempat tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Tujuan yang semula untuk pengabdian masyarakat, sekarang ini hanya sebagai alat untuk membenarkan keinginan untuk berlibur sambil memperoleh SKS dari kuliah wajib berjudul KKN. Hasilnya apa? Setelah pulang kembali ke rumah masing masing, semua yang telah dilakukan pada saat KKN hanya menjadi kenangan semata, bukan lagi program program yang di elu elukan sewaktu mengajukan proposal. Bukan lagi sebuah wujud nyata dari pengabdian masyarakat, namun hanya sebatas memenuhi hasrat berlibur dan kewajiban mengisi SKS yang masih kurang tersebut. Tidak ada lagi pengabdian nyata dari mahasiswa sekarang yang saya ketahui. Semuanya hanya belajar belajar belajar demi kepentingannya sendiri. Untuk masyarakat? Itu biarkanlah di urusi oleh para petinggi yang menempati jabatan jabatan yang sesuai. Saya berkata seperti ini karena memang saya juga menyadari bahwa saya belum dapat melakukan apa apa untuk masyarakat pesisir.

            Menjadi mahasiswa boleh sombong karena fasilitas yang diberikan berbeda. Selain itu juga pilihan masa depan terbilang sangat banyak sekali dibandingkan dengan sekolah sekolah menengah.  Menjadi mahasiswa boleh berbangga hati dengan predikat “Kaum Intelektual”. Tapi, apa memang kita benar benar kaum intelektual yang sebenarnya? Apakah arti dari kaum intelektual itu kalau ilmu yang sudah diperolehnya hanya untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Impian setiap mahasiswa jaman sekarang hanyalah menjadi kaya raya, memiliki keluarga dan hidup bahagia tanpa memikirkan hal hal yang berkaitan dengan masyarakat luas. Bukan berarti saya sebagai mahasiswa tidak memiliki impian seperti itu. Saya sebagai mahasiswa juga berfikir demikian sebelum mendengar seorang nelayan mengajukan pertanyaan polos yang menyadarkan diri saya.

            Sekarang kalian bisa menimba ilmu di Universitas Negeri terbaik di Indonesia ataupun di luar negeri sana. Tetapi jika keinginan kalian hanya sekecil untuk menjadii kaya, saya menyarankan untuk tidak kuliah di universitas negeri, karena uang yang digunakan untuk meringankan beban biaya kuliah kalian merupakan uang rakyat, dimana ada banyak harapan yang dibebankan kepada kalian. Bukan untuk menjadi kaya belaka, bukan hanya sekedar memiliki keluarga yang baik, bukan sekedar menyenangkan orang tua. Memang membuat orang tua bahagia dengan harta yang kita dapat itu merupakan keinginan yang mulia tetapi mensejahterakan orang banyak dengan segala kemampuan yang kita punya tidak akan membuat kita menyesal ketika kita tua nanti.


- Bayu